Banyuwangi, NEODEMOKRASI.COM – Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization/Unesco) Jakarta bekerja sama dengan The Climate Reality Project Indonesia (TCRPI) memberikan pelatihan kepada puluhan milenial di Banyuwangi.
Pelatihan perubahan iklim bertajuk Youth Leadership Camp for Climate Crisis 2020 ini, diikiuti 50 generasi muda dari seluruh Indonesia.
“Jika ingin mengatasi krisis iklim dan mengamankan masa depan yang berkelanjutan, kita harus melibatkan suara pemuda agar bisa terdengar. Maka pelatihan ini adalah ajang yang tepat untuk mewujudkan hal itu,” kata Senior Program Specialist Unesco Hans Dencker Thulstrup, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (24/1).
Menurut Hans Dencker Thulstrup, di sini milenial bisa saling bertukar pendapat dan pengetahuan. Selain itu, juga mendapat kesempatan untuk memperkuat keterampilan komunikasi sebagai bekal mereka dalam meningkatkan aksi iklim.
Menurut ia, perubahan iklim adalah ancaman nyata bagi manusia. Namun tingkat kesadaran masyarakat tentang perubahan tersebut masih sangat kurang, khususnya di kalangan milenial. Padahal, lanjutnya, mereka merupakan kelompok yang akan menghadapi risiko lebih besar dari dampak perubahan iklim tersebut di masa depan.
Oleh karena itu, katanya, pemuda harus dibekali pengetahuan yang komprehensif tentang perubahan iklim, agar mereka dapat begerak di garda depan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Atas dasar itulah, Unesco menggandeng TCRPI rutin menghelat pelatihan perubahan iklim yang pesertanya kalangan milenial.
“Intinya, lewat kegiatan ini kami ingin mencetak kader muda yang paham dan peduli dengan perubahan iklim,” paparnya.
Sementara itu, Leader TCRPI Lia Zakiyyah mengatakan, kegiatan ini diikuti 50 milenial dari seluruh pelosok negeri. Dan selama tiga hari, peserta akan dibekali informasi tentang perubahan iklim, gaya hidup yang harus dilakukan agar lebih rendah karbon. Selain itu, katanya, mereka juga dilatih keterampilan komunikasi untuk mendukung aksi mereka dalam melakukan pengendalian perubahan iklim.
“Ilmuwan telah menyatakan ancaman perubahan iklim semakin nyata. Masa depan pemuda pun terancam sehingga mereka harus melakukan sesuatu untuk menyelamatkan masa depanny,” jelas Lia.
Maka, lanjutnya, kegiatan peningkatan kapasitas seperti ini penting untuk membekali milenial dengan pengetahuan, informasi, dan keahlian untuk menghadapi dampak negatifnya. Serta berusaha untuk menginspirasi milenial yang lain agar ikut dalam pengendalian perubahan iklim.
Setelah mengikuti pelatihan, peserta akan dikukuhkan menjadi pejuang iklim. Merekadiwajibkan menerapkan aksi pengendalian perubahan iklim secara langsung di lingkungan sekitarnya. Terutama melalui kampanye dari akun sosial media mereka.
“Peserta yang memiliki komitmen tinggi dan mampu membuat dampak pengendalian tertinggi akan berkesempatan mengikuti pelatihan tingkat internasional,” ujarnya.(dan)