Surabaya.NEODEMOKRASI.COM. Seperti diketahui, masyarakat Jawa Timur akan melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tingkat kabupaten, kota, dan provinsi secara serentak secara nasional akan diselenggarakan dalam waktu yang bersamaan, yakni 27 November 2024.. Salah satu kunci sukses penyelenggaraan ajang demokrasi tersebut adalah terciptanya ruang publik yang kondusif, sehat, dan bersih serta bebas dari adanya hoaks atau fake news.
Peran pers dalam hal ini terkait fungsinya dalam melakukan edukasi melalui informasi yang proporsional tentang Pemilu dan Pilkada, sehingga masyarakat dapat diajak untuk berperan serta mengawasi tahapan persiapan pelaksanaan, penyelenggaraan, termasuk peserta Pemilu dan Pilkada. Harapannya, tahapan dan pelaksanaan pemilu dan Pilkada berjalan lancar dan sukses.
Terjalinnya interaksi masyarakat dalam pemberitaan Pemilu dan Pilkada oleh pers akan sangat membantu untuk melihat parameter tingkat kesuksesan persiapan Pemilu dan Pilkada. Bagaimana meningkatkan kualitas peliputan media cetak dan media elektronik pada penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada 2024 ini maka Dewan Pers menggelar Workshop Peliputan Pemilu & Pilkada 2024 Provinsi Jawa Timur. Acara digelar . pada Jum’at,( 9/8/2024 di Hotel Four Point Tunjungan Plaza kawasan Embong Malang Surabaya. Acara dihadiri sekitar 50 peserta yang terdiri dari wartawan media cetak, online dan elektronik.
Acara dibuka dengan Pengarahan Workshop Peliputan Pemilu dan Pilkada Serentak 2024 oleh anggota Dewan Pers, Totok Suryanto. Dilanjutkan dengan paparan narasumber A Warits dari Ketua Bawaslu Prov. Jawa Timur yang bertema ”Pentingnya Keterlibatan Media Pers dan Masyarakat dalam Pengawasan Pilkada 2024.” Narsum ketiga yakni anggota Dewan Pers menyampaikan materi terkait “Peran, fungsi, tanggung jawab posisi pers dan wartawan terkait Pilkada 2024” . Acara dilanjutkan dengan ulasan dari pemateri Ketua KPID Prov. Jawa Timur, Immanuel Yosua Tjiptosoewarno tentang pemberitaan dan Iklan Kampanye di media penyiaran dan terakhir diisi ulasan dari Dwi Eko Lokononto berjudul belajar mencermati dan membaca data survey pilkada.
“Media bukan sekadar pelapor, tapi juga memberikan edukasi. Di tengah derasnya arus informasi, pers harus mampu memberikan panduan yang jelas dan objektif kepada masyarakat terkait isu-isu Pilkada. Karena tantangan ini semakin kompleks dengan adanya fenomena disinformasi dan berita palsu yang kerap muncul menjelang pemilu Dewan Pers ingin menciptakan ruang publik yang kondusif, sehat, dan bebas dari berita hoaks/ palsu ” ujar komisioner Dewan Pers, Totok Suryanto dalam pemaparannya.
Sementara pers diharapkan mampu tampil di garda terdepan dalam memerangi penyebaran informasi yang menyesatkan, dengan memperkuat etika jurnalistik dan komitmen terhadap kebenaran. Salah satu kunci sukses penyelenggaraan ajang demokrasi ini adalah terciptanya ruang publik yang kondusif, sehat, dan bersih dari berita hoaks.
Sementara praktisi data, Dwi Eko Lokononto, menyampaikan tentang pentingnya membaca dan mencermati data survei Pilkada.
“Banyak lembaga survei baru yang muncul, beberapa di antaranya bahkan dibayar oleh kandidat dan menjadi bagian dari tim sukses. Hal ini dapat menyebabkan bias dalam hasil survei. Oleh karena itu, penting bagi media untuk tidak menjadi ‘keranjang sampah’ bagi informasi yang tidak akurat. Media harus memahami metodologi survei politik agar dapat menyajikan data yang benar-benar relevan dan objektif,” ujarnya.
Workshop ini juga menekankan pentingnya peran pers terutama dalam kaitannya mendidik masyarakat, agar terlibat sepenuhnya dalam turut mengawasi tahapan persiapan, pelaksanaan, serta proses penyelenggaraan Pemilu dan Pilkada. Interaksi masyarakat dalam pemberitaan oleh pers akan sangat membantu untuk melihat parameter pencapaian tingkat kesuksesan persiapan Pemilu dan Pilkada serentak 2024.(nora)