Banyuwangi, NEODEMOKRASI.COM – Bencana banjir dan tsunami pernah menghantam Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Hal inilah yang perlu diwaspadai. Salah satu upaya untuk mengurangi risiko bencana adalah melalui Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Kali ini SMA Negeri Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi menjadi sasaran digelarnya SPAB.
“Dengan mengetahui kondisi yang ada di sekitar, maka kita paham apa yang harus dilakukan. Kondisi yang rutin terjadi di bulan Oktober, yaitu banjir dikarenakan adanya penumpukan sampah di sungai. Pesanggaran juga pernah mengalami bencana tsunami,” ungkap Wakil Kepala SMA Negeri Pesanggaran Ali Muthohar, Senin, 4 Maret 2024.
Dia berharap ilmu yang disampaikan selama 2 hari ini dapat diserap secara maksimal. “Hal ini merupakan suatu kehormatan bagi kami mengingat ilmu terkait dengan kebencanaan ini sangatlah jarang. Minimal kita paham seperti apa yang harus dilakukan bila terjadi bencana,” jelasnya.
SPAB di SMA Negeri Pesanggaran digelar selama dua hari, Senin-Selasa, 4-5 Maret 2024. Kegiatan ini diadakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur bekerja sama dengan Sekber Relawan Penanggulangan Bencana (SRPB) Jawa Timur. Tiga orang dari SRPB Jatim, yakni Aslichatul Insiyah, Yan Aditya Putra, dan Doddy Prakasa Fitrianto menjadi fasilitatornya.
Pembukaan SPAB dilakukan oleh Analis Penanggulangan Bencana Ahli Muda BPBD Jatim Dadang Iqwandy. “Kami berharap kalian tidak hanya tangguh di rumah atau di sekolah saja. Tapi, minimal bisa tangguh dan bermanfaat untuk orang banyak,” pesan Dadang Iqwandy.
Sedangkan Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan (PK) BPBD Banyuwangi Misrawi mengatakan, kejadian bencana di Banyuwangi bila dilihat mengalami grafik yang meningkat. Sehingga perlu adanya sinergitas dengan baik agar terwujudnya Indonesia tangguh.
“Melalui SPAB ini merupakan upaya dalam mitigasi bencana demi terwujudnya lingkungan satuan pendidikan yang tangguh dan siap dalam menghadapi bencana. Di antaranya memiliki tujuan berupa peningkatan kapasitas dan memastikan fasilitas pendidikan aman bencana,” jelasnya.
Sekolah yang berdiri 22 Desember 1986 ini mengikutkan 100 orang untuk menjadi peserta. Mereka terdiri dari siswa, guru, dan tenaga kependidikan. Mereka mendapatkan pelatihan praktik dan teori tentang kebencanaan. Diharapkan setelah kegiatan SPAB ini mereka punya rencana aksi untuk memitigasi bencana.(dan)