Berdasar asesmen situasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan RI tanggal 14 September 2021 lalu, Pamekasan berstatus PPKM Level 1. Selanjutnya, asesmen tanggal 19 September 2021, 2 kabupaten lainnya di Madura, yakni Sumenep dan Sampang menyusul berstatus level 1. 3 Kabuoaten di pulau Madura ini menyusul status sama yang berhasil diraih 18 kota/kabupaten lainnya di Jatim. Yakni, Tuban, Situbondo, Sidoarjo, Pasuruan, Pamekasan, Pacitan, Magetan, Lamongan, Kota Surabaya, Kota Pasuruan, Kota Kediri, Kota Batu, Kediri, Jombang, Jember, Gresik dan Banyuwangi.
Capaian ini dihasilkan dari hasil asesmen yang dilakukan Kemenkes RI yang mengacu kepada hasil enam parameter dasar yakni, Kasus Konfirmasi, Rawat Inap Rumah Sakit, Kematian, Testing, Tracing dan Treatment yang dilakukan secara masif dan terukur sehingga menghasilkan predikat memadai dan layak berstatus PPKM Level 1.
Yang melegakan seluruh kota/kabupaten di Jatim sudah keluar dari level 4 dan 3. Rincian kota/kabupaten yang berstatus PPKM Level 2 ada 19 yakni, yaitu Tulungagung, Trenggalek, Probolinggo, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Mojokerto, Malang, Madiun, Lumajang, Kota Probolinggo, Kota Mojokerto, Kota Malang, Kota Madiun, Kota Blitar, Bondowoso, Bojonegoro, Blitar dan Bangkalan
Terkait progress pesat Pamekasan, Sumenep dan Sampang memang sangat mengejutkan mengingat progres percepatan perubahan setelah sebelumnya, Pamekasan, Sumenep dan Sampang sebulan sebelumnya menjadi kabupaten dengan capaian program vaksinasi terendah di Jatim, bersama Bangkalan dan Situbondo.
“Alhamdulillah, kasus covid-19 menurun drastis. Dan bisa kita cek di beberapa rumah sakit di Madura sudah tidak ada pasien covid-19. Begitu juga saat kita cek di lapangan, masuk ke desa desa, Alhamdulillah masyarakat semakin sehat dan tumbuh kesadaran untuk ikut vaksinasi. Pergerakan masyarkat dan kegiatan mayoritas masyarakat Madura juga sudah mulai menormal kembali. Semoga ini akan mampu menstimulasi tumbuhnya perekonomian di Madura ”kata H.Mohammad Ashari, politisi Nasdem DPRD Jatim, asli putra Madura kelahiran Sampang.
“ Terima kasih dan saya sangat mengapresiasi segala bentuk dukungan, kerja keras dan kolaborasi dari berbagai elemen strategis masyarakat Sinergitas yang simultan antara Kepala Daerah, forkopinda, Satgat Covid-19, tokoh masyarakat, para pemuka agama, anggota kepolisian, dan masyarakat Madura yang memungkinkan terealisasinya program vaksinasi yang berimbas pada status capaian PPKM beberapa kabupaten di wilayah Madura yang berprogres semakin positif setiap harinya. Tentu saja capaian ini bisa diraih komitmen kita bersama seluruh elemen masyarakat yang telah bersama-sama ikut mencegah dan mengendalikan penyebaran COVID-19 di Jatim” tambah pria yang juga menjabat Wakil Ketua Komisi D DPRD Jatim ini.
Diakuinya, prestasi Jatim yang sukses menjadi propinsi dengan capaian vaksinasi tertinggi nasional, turut membuatnya bangga. Namun sebelumnya, ia juga ikut merasakan keresahan berkepanjangan karena status 4 kabupaten di Madura sempat masuk kota/kabupaten dengan capaian vaksinasi terendah di Jatim.
“ Yang harus kita fahami, ada beberapa faktor yang memperlambat capaian program vaksinasi di Madura. Pertama, masyarakat termakan isu negatif yang melekat pada stigma mudharat soal vaksin yang sudah menyebar cukup luas. Seperti vaksin adalah penyebab kematian, berdampak memperparah penyakit atau bahannya dari babi. Tentu saja, masyarakat Madura yang mayoritas agamis menolak mentah mentah. Namun karena budaya patriarki masih sangat kental di Madura, maka kita gunakan strategi sosialisasi dan edukasi melibatkan para kyai dan tokoh agama. Di Madura itu, kalau kyai bilang iya, ya patuh semua. Begitupun sebaliknya, kalau kyai bilang tidak, ya semua praktis akan menolak. Alhamdulillah kepedulian para tokoh agama yang membantu dan turun ke masyarakat memberikan dampak capaian yang signifikan. Terbukti, 3 kabupaten di Madura berstatus PPKM Level 1“ tambah anggota DPRD Jatim yang berangkat dari Dapil Jatim XIV ini sambil tak henti hentinya mengucap syukur.(nora)