Surabaya. NEODEMOKRASI. COM. Provinsi Jawa Timur memiliki banyak potensi andalan yang bisa dioptimalisaai lebih baik lagi. Terutama berkembangnya sektor pariwisata karena bertambahnya jumlah desa wisata yang ikut mendongkrak industri pariwisata dan menarik datangnya wisatawan baik lokal maupun asing. Provinsi Jatim selama ini sudah mengoperasikan angkutan massal Trans Jatim dengan rute Sidoarjo menuju Kabupaten Gresik dan sebaliknya. Selain mendukung mobilitas warga dari Sidoarjo ke Gresik dan sebaliknya juga memudahkan akses yang menghubungkan antar dua kabupaten tersebut.
Sistem layanan transportaai umum Trans Jatim jaringan antar kota dan/atau kabupaten dalam satu lingkup wilayah perkotaan Gerbang Kertasusila di Jawa Timur digagas Dinas Perhubungan Provinsi Jatim yang dioperasikan oleh Perum Damri Cabang Surabaya.
” Peningkatan upaya upaya untuk menggaet animo wisatawan bisa dilakukan dengan meningkatkan insfrastruktur dari dan menuju lokasi wisata serta layanan transportasi yang bisa mengfasilitasi kebutuhan wisatawan untuk berwisata” ujar politisi muda Nasdem Deni Prasetya.
Didukung pesatnya perkembangan industtri UMKM yang semakin menjamur, dengan produk produk sovenir dan kuliner khas lokal semakin memanjakan wisatawan untuk betah mengunjungi Jawa Timur.
“Kalau mengacu seperti di wilayah timur ada Banyuwangi, Jember dan Lumajang, yang kaya akan daerah pariwisata unggulan. Maka pengadaan alat transportasi seperti Trans Jatim khusus untuk wisatawan adalah penunjang yang sangat strategis. Sehingga perlu dikaji lebih serius lagi agar berhasil direalisasikan, ” jelas anggota Komisi A, DPRD Provinsi Jawa Timur.
Ditambahkannya, fenomena wisata religi yang lebih diminati wisatawan juga harus terua dibenahi perkembangannya. Ia melihat seperti wisata religi makam KH Cholil Bangkalan itu sudah terbuka di pintu koridor lima. Nah artinya ada potensi-potensi yang bisa digarap serupa setidaknya untuk lokasi pariwisata di 38 kota kabupaten yang ada di provinsi Jawa Timur.
“Tapi infrastruktur menuju lokasi kondisinya bagaimana? Nah, hal ini tentu tidak bisa direalisasikan secara serentak sekaligus ya, tentu ada skala prioritas lah. Mana kira-kira yang didahulukan, terus mana jangkauannya tidak harus langsung tertuju misalkan wilayah ke timur.Ada Banyuwangi misalkan, tidak harus ke Banyuwangi dulu, tapi untuk menunjang mengarah ke Banyuwangi ini kemana dulu ini? Apa dari Surabaya misalkan, dari Surabaya menuju Pasuruan, disana ada tempat wisata, religi juga seperti Makam Mbah Hamid. Terus ke Lumajang misalkan. Lumajang ini ada apa saja nih, potensi wisata juga banyak di Kabupaten Lumajang. Lalu dibuka lagi mengarah ke timur, ke timur kemana ini? Lalu dibuka lagi misalkan, di Jantung Kota ada tokoh NU juga disana. Terus tempat wisatanya ada Pantai Papuma, ada Watu Ulo, ada Pantai Love juga, bahkan air terjun juga di lereng Argopuro itu juga ada, ada juga wisata petik kopi, petik durian. produk UMKM-nya.” terangnya secara detil.
Hal ini kalau terkait dengan produk UMKM, kalau di Jember, di wilayah timur itu banyak. Tidak diragukan lagi lah untuk pelaku-pelaku usaha UMKM untuk produknya itu sudah dikurasi. sudah menjadi produk yang unggulan. Terima kasih. Tetapi dari sisi lain bagaimana ada sinergi juga kesemuanya itu saling membutuhkan.
Ditambahkannya, melonjaknya jumlah wisatawan yang datang akan otomatis mendongkrak pendapatan pelaku usaha UMKM. Selain bisa naik kelas, usahanya meningkat nilai ekonominya juga naik.
“Mengenai rute saya kira perlu juga dipetakan dengan mengajak komunikas. Diajak koordinasi terkait dengan PO-PO yang sudah ada antar kota, antar provinsi. Dan saya kira bisa dipahami lah terkait dengan, kalau saya melihat potensi wisata untuk mengarah ke rute tute PO-PO yang sudah ada saat ini juga sudah mengarah untuk menuju tempat wisata itu.” katanya.
Menurutnya , apalagi kalau PO – PO itu diajak kerjasama yang nanti juga bisa jalurnya itu awalnya hanya menuju antar kota tidak masuk di desa. Tapi karena tempat wisata itu posisinya kan ada di paling ujung-paling ujung seperti di desa, ada juga di Lumajang itu yang paling selatan sendiri, yang saat ini posisinya JLS, jalur lintas selatan itu juga sudah menunjukkan kesiapannya.
Jadi apa nilai potensi peningkatan ekonomi itu di wilayah selatan itu? Sangat terbuka dan pasti ada Kalau rutenya sudah jelas jadi tidak mengganggu jalur-jalur ke lokasi besar. Saya kira PO-PO itu mungkin perlu diorangkaN, perlu diajak komunikasi, perlu diajak koordinasi. Terlepas itu juga Itu pun juga akan meminimalisir anggaran terkait dengan Penprof. Karena mungkin di ujung paling selatan itu juga ada pengusaha seperti PO Nah daripada pengadaan barang lebih baik, kita coba berkomunikasi, berinteraksi dengan PO PO kalau seandainya PO PO tidak berkenan, misalkan terbatas, perlu dipikirkan kembali. Perlu dikaji kembali, Berarti perlu pengadaan transpootasi . Atau perlu menggandeng PO tersebut, dengan menyewa unit PO kemudian dimodifikasi seperti Trans Jatim. Terus disubsidi daerah ke daerah, atau provinsi ke provinsi. Menurutnya, apa yang tidak bisa, yang penting ada komunikasi dan koordinasi yang baik, yang paling utama adalah paling tidak ada peningkatan ekonomi di pelosok, di tempat-tempat wisata.
“Jadi paling tidak gambaran rencana pengadaan unit tranportasi itu juga tersampaikan semua secara logis, kira-kira potensi juga disampaikan secara logis. Ini loh profit orientasiya seperti ini, seperti itu. Sehingga gambarannya jelas. Di Jember memang sudah ada terminal, seperti Ambulu dan Arjasa. Tetapi armada bus yang ada kurang memadai. Maka, warga ingin ada Trans Jatim seperti di Surabaya, semoga dapat terealisasi,” pungkasnya.(nora)