Surabaya, NEODEMOKRASI.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus berupaya meningkatkan siklus hidup masyarakat dengan mengimplementasikan integrasi layanan kesehatan (ILP). Kepastian hak kesehatan masyarakat tersebut diperkuat pemkot. Seperti adanya puskesmas pembantu (pustu) di tiap kelurahan, hingga layanan kesehatan RW 1 Nakes 1 (R1 N1) yang bertujuan untuk mempermudah dan mendekatkan pelayanan medis kepada masyarakat Kota Pahlawan.
Ketua Tim Kerja Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Chandra Kusumawardhani mengatakan, ILP merupakan salah satu program yang dicanangkan secara nasional, di seluruh kabupaten-kota. ILP merupakan satu bagian dari sistem transformasi kesehatan dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif.
“Secara nyata, integrasi layanan adalah dari kunjungan rumah posyandu keluarga, dimana posyandu sekarang tidak lagi hanya berdasarkan usia balita, remaja, atau lansia tetapi bisa melayani semua sasaran siklus hidup atau usia. Kemudian merevitalisasi puskesmas pembantu di tiap kelurahan dan puskesmas induk,” kata Chandra, Rabu (30/10).
Nantinya, ILP akan mengutamakan skrining kesehatan sehingga bisa mendeteksi terlebih dahulu potensi penyakit masyarakat agar dapat dilakukan intervensi lebih awal. Skrining tidak hanya dilakukan terhadap beberapa penyakit menular, tetapi juga terhadap penyakit tidak menular lainnya.
“Sasarannya adalah siklus hidup skrining, dan adanya hak jadwal skrining masyarakat diharapkan bisa terdeteksi sejak dini. Kesadaran masyarakat memeriksakan kesehatannya cukup tinggi,” ujarnya.
Ketika Pemkot Surabaya melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) telah melakukan revitalisasi kesehatan, masyarakat banyak mendatangi pustu untuk skrining kesehatan. Bahkan, ada beberapa skrining yang dapat dilakukan di posyandu keluarga.
“Di lihat dari antusiasme masyarakat ternyata partisipasi masyarakat cukup bagus. Dari 2700 posyandu, ada 382 yang bertransformasi menjadi posyandu keluarga. Target kami bisa mencapai 100 persen pada tahun 2025,” ungkapnya.
Dengan semakin gencarnya melakukan skrining, hasil deteksi dini potensi penyakit pun semakin meningkat. Karenanya, dengan semakin banyaknya temuan kasus maka akan mempermudah rencana intervensi kebijakan kesehatan. Masyarakat Kota Surabaya pun bisa langsung datang ke Pustu atau Puskesmas terkat untuk melakukan skrining.
Meski demikian, ILP tidak menunggu adanya pasien, para Kader Surabaya Hebat (KSH) bersama tenaga kesehatan juga melakukan jemput bola, dengan melakukan kunjungan rumah. “Ini sudah berjalan, para KSH sudah melakukan setiap bulan dan datanya tercatat di aplikasi Sayang Warga. Sebab, upaya promotif dan preventif rutin dilakukan untuk memberikan edukasi dan melakukan skrining berdasarkan siklus hidup,” tegasnya.
Kepala Puskesmas Sawah Pulo Kota Surabaya Gerryd Dina Soepardi mengatakan, dalam upaya memperkenalkan ILP di kawasan Kelurahan Ujung, pihaknya berkolaborasi dengan lintas sektor. Saat ini masyarakat bisa mengakses Pustu tidak hanya ketika sedang sakit, tetapi saat belum mengetahaui potensi penyakit yang menyerangnya.
“Tenaga kesehatan di Kota surabaya melayani hal tersebut, masyarakat akan dilakukan skrining, minimal ada 14 skrining wajib yang harus mereka terima supaya kita bisa mendekati dini,” kata Gerryd.
Ke-14 skrining tersebut merupakan layanan sekunder. Antara lain, skrining hipotiroid terhadap bayi baru lahir apakah memiliki tiroid atau tidak, thalasemia terkait dengan kelainan darah, anemia, stroke, serangan jantung, hipertensi, PPOK (penyakit paru obstruksi kronis) yang terjadi pada lansia akibat gaya hidup sebelumnya, TBC, hepatitis, diabetes melitus, skrining kanker paru, payudara, serviks, dan usus.(dan)