Sidoarjo, NEODEMOKRASI.COM – Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur yang sedang menempuh program Kuliah Kerja Nyata (KKN) menggandeng seorang pengusaha industri rumahan yang terletak di kawasan Kelurahan Magersari Sidoarjo. UMKM aneka jenis sabun pembersih kuman dan bakteri ini mampu mengembangkan pemberdayaan masyarakat sekitar di tengah pandemi Covid-19.
Koordinator KKN Tematik Belanegara UPN Veteran Jatim Silma Nuril Jannah tak menyangka, jadwal KKN bersama teman-temannya harus berbarengan dengan aturan pemerintah PPKM Darurat. Dalam aturan tersebut, segala bentuk kegiatan masyarakat akan dibatasi. “Tapi kami akan lebih fokus pada sosial pendidikan dan ekonomi kreatif,” ujar Silma, Kamis, (8/7).
Untuk mendukung programnya tersebut, dia dan teman-temannya menggandeng seorang pengusaha mandiri asal kelurahan Magersari Sidoarjo. Usaha yang dirintis sejak dua bulanan terakhir berlatar dari pergolakan ekonomi masyarakat saat diterpa pandemi Covid-19. “Ada sabun cuci tangan, karbol lantai, pembersih keramik, hand sanitizer, disinfektan, softener, hingga sabun karpet dan mobil,” katanya.
Nantinya, kalangan mahasiswa ini akan melakukan sosialisasi terkait pentingnya protokol kesehatan. Mereka juga melakukan penyemprotan disinfektan dari produk usaha rumahan tersebut. Juga, membagi-bagikan hand sanitizer dan sabun cuci tangan untuk masyarakat sekitar.
Usaha rumahan ini merupakan milik Bagus Sugeng Hendrawan. Sebelum menggeluti bisnis rumahan, alumnus Universitas Bhayangkara Surabaya tersebut merupakan seorang wiraswasta dan aktif dalam organisasi ke-NU an di wilayah Magersari.
Namun sejak beberapa bulan terakhir ini, dia memikirkan nasib perekonomian warga sekitar ditengah pandemi Covid-19. Banyak pemuda sekitar yang mulai menganggur. Kebutuhan sandang pangan meningkat, daya beli masyarakat menurun, dan pendapatan pun kian anjlok.
Hingga akhirnya dia berinisiatif untuk membuat bisnis rumahan dengan melibatkan warga sekitar. Seperti yatim piatu, fakir miskin, Anggota Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Banser. Jumlah karyawannya pun mencapai 18 orang.
“Ini adalah usaha mandiri. Kita melihat banyak adik-adik yatim piatu, putus sekolah, tulang punggung keluarga, tidak punya penghasilan tetap, tidak ada kesibukan yang positif, dan bisanya cuma begadang nongkrong sana sini,” ungkap Bagus.
Selain melibatkan warga sekitar, keberadaan usaha rumahan ini juga sebagai bentuk pemulihan ekonomi warga sekitar. Penghasilan yang didapat, sebagian akan disisihkan untuk pendidikan, tempat ibadah, maupun dukungan terhadap kesehatan masyarakat Magersari. (dan)