Palu, NEO DEMOKRASI.COM – Suasana guyub, hangat, dan haru kental terasa saat Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa hadir bersilaturahmi dengan ratusan warga Jawa yang tinggal di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (12/2) malam.
Kedatangan Khofifah menjadi tamu spesial dan disambut gembira oleh warga masyarakat. Mereka sudah bertahun-tahun merantau ke Kota Palu, dan sejumlah daerah lain di Sulawesi Tengah.
Bahkan banyak masyarakat asal Jawa Timur, rela menutup sejenak usaha mereka hanya untuk datang ke forum silaturahmi bersama Gubernur Khofifah yang digelar di Gedung Pertemuan Paguyuban Eko Wandoyo Sulawesi Tengah, di Kota Palu tersebut.
Kesenian khas Jawa Timuran ditampilkan dalam acara tersebut. Mulai tari remo, parikan ludruk, hingga penampilan sinden dan karawitannya. Pasalnya, warga Jawa, khususnya Jawa Timur yang ada di Sulteng bukan hanya berdagang, dan membuka usaha di sini, melainkan juga melakukan pelestarian budaya Jawa Timuran.
“Ada suasana harulah pasti. Dan saya menyampaikan apresiasi luar biasa karena mereka nguri-uri (menghidupkan/melestarikan) budaya Jawa Timur di sini. Mulai tadi MC-nya parikannya tadi itu Jawa Timur banget. Ludruknya juga Suroboyo banget. Remonya juga Suroboyo banget. Padahal kita sedang di Palu,” kata Khofifah.
Dalam kesempatan ini, Khofifah juga turut menyampaikan bantuan seperangkat kostum kesenian jathilan pada Paguyuban Eko Wondoyo Sulteng. Ia berharap mereka akan terus nguri-uri atau melestarikan kebudayaan Jawa Timur khususnya, dimanapun mereka berada.
“Kita ini ada 714 suku di Indonesia, tapi alhamdulillah semua guyub. Perbedaan adalah rahmat yang menjadi perekat bangsa kita. Maka saya berharap warga yang merantau di sini bisa terus menjaga itu,” katanya.
Di akhir acara, Khofifah mengajak masyarakat Jawa Timur di Sulteng untuk bernyanyi Rek Ayo Rek bersama. Ajakan itu sukses membuat malam silaturahmi tersebut tumplek blek dalam nuansa Jawa Timuran yang hangat.
Sementara itu, Ketua Umum Paguyuban Eko Wandoyo Sulteng, Hartono mengatakan, warga memang antusias hadir di acara ini. Pasalnya, ada puluhan ribu masyarakat Jawa yang tinggal di Sulteng. Dari Jawa Timur ada banyak yang merantau dari Lamongan, Tuban, dan kawasan Pantura. Mereka aktif membuat peguyuban hingga tingkat kabupaten-kota.
“Saat terjadi gempa, yang pertama kali menolong ya paguyuban kami. Kami turun saling menolong para anggota kami. Membantu menyediakan bahan bakar, mencarikan tempat bagi yang rumahnya rusak. Artinya kekeluargaan itu yang kita upayakan kokoh terbangun,” kata Hartono.
Tidak hanya itu, saat bertemu Khofifah ia juga menyampaikan harapannya agar Pemprov Jawa Timur bisa mengirimkan pelatih kesenian Jawa Timur ke Sulteng. Agar anak-anak mereka di sini bisa tetap mengerti dan bisa melestarikan seni budaya Jawa Timur.
Dia juga meminta ada bantuan perbaikan di balai pertemuan Paguyuban Eko Wandoyo ini. “Tempat ini dibangun sejak tahun 1975. Kalau siang di sini kita lihat ke atas seperti lihat langit penuh bintang, karena banyak lubangnya. Maka kami berharap ada perhatian dari Ibu Khofifah,” jelasnya.(dan)