Neo-Demokrasi
Politik Pemerintahan

Kepedulian Tokoh Agama dan Masyarakat Serta Penguatan Keluarga Bisa Menekan Jumlah Perkawinan Anak Usia Dini

Siti Mukiyarti S.Ag, M. Ag, anggota komisi E DPRDJatim

Surabaya. NEODEMOKRASI.COM. Posisi Jawa Timur senagai provinsi dengan jumlah perkawinan anak tertinggi urutan tiga setelah Kalimantan Selatan dan Jawa Barat  sangatlah memprihatinkan. Meskipun Pemprof Jatim bersama BKKBN  Provinsi Jawa Timur dan Pemkab/Kota se-Jawa Timur terus berupaya menekan terjadinya  perkawinan anak.

Sosialisasi secara masif terkait pendewasaan usia perkawinan kepada masyarakat. Juga  menekankan bahaya, dampak  dan resiko  akibat  terjadinya pernikahan anak  di bawah umur juga sudah dilakukan

Berita baiknya data BPS menyebut angka kejadian semakin menurun dari sebanyak 17.151 pada 2021 turun 11,99% pada tahun 2022 menjadi 15.095. Pada tahun 2023 turun lagi sebesar 18,29% menjadi 12.334. Dan semakin menurun signifikan di tahun 2024.ini.

Untuk menekan kasus pernikahan anak termaktub  dalam Surat Edaran Gubernur Jawa Timur bernomor 474.14/810/109.5/2021 tentang pencegahan perkawinan anak yang ditandatangani pada 18 Januari 2021.

Juga  Peraturan Gubernur Jawa Timur nomor 85 tahun 2023 juga mengatur tentang Rencana Aksi Daerah (RAD) Pencegahan dan Penanganan Perkawinan Anak Tahun 2023-2024 yang ditandatangani pada 5 Desember 2023. RAD ini menjadi ldasar  bagi pemerintah daerah, masyarakat, orang tua, dan anak di Jatim dalam rangka mencapai tujuan pencegahan perkawinan anak.

“Kami prihatin, karena apapun ini adalah tanggung jawab  pemerintah dan juga masyarakat, keluarga harus hadir bersama-sama untuk menyelesaikan permasalahan ini karena menyangkut masa depan bangsa dan masa depan Jawa Timur ke depan karena ini adalah kader-kader penerus bangsa  yang akan mengisi pembangunan selanjutnya,” kata Siti Mukiyarti  S.Ag, M. Ag  anggota komisi E DPRD Provinsi Jatim.
Lebih lanjut  perempuan yang juga menjabat Ketua PC Muslimat NU Trenggalek  ini mengatakan  keluarga  adalahi fondasi  terdepan untuk mengatasi persoalan ini Tetapi tidak semuanya diserahkan kepada keluarga, masyarakat sekitar dan juga pemerintah harus hadir bersama-sama untuk menanggulangi .

Permasalahan ini acapkali terjadi karena dipicu faktor ekonomi.  Kemiskinan  seringkali  menjadi faktor utama penyebabnya. Kondisi miskin membuat  miskin/ rendah pendidikannya . Otomatis kalau pendidikan kurang tidak bisa melanjutkan sampai jenjang yang lebih tinggi, itu juga SDM-nya rendah.  Keluarga miskin yang hidup pas pasan seringkali berpikir anak-anak dari pada ngerepotin lebih baik dicarikan jodoh. Akibatnya timbul  permasalahan baru lagi. Keluarga yang berada di  lini terdepan harus diperkuat .

“Tokoh agama  dan  tokoh masyarakat,  yang terutama adalah organisasi-organisasi perempuan. Organisasi perempuan yang Alhamdulillah sekarang ini baik Musulimat, Fatayat, terus Aisyah, Nasiatul Aisyah Ini lagi  getol-getolnya untuk sosialisasi penanggulangan,  pencegahan perkawinan usia anak dan  kami pun sepakat dengan kerjasama dengan organisasi ini. Karena apapun kehadiran pemerintah itu dibandingkan dengan organisasi kemasyarakatan ini jauh beda. Kalau organisasi kemasyarakatan ini lebih dekat  dengan keluarga, lebih dekat dengan masyarakat lingkungan, ” lanjutnya.

Politisi perempuan PKB ini juga melihat  bahwa  sosialisasi yang dilakukan  pemerintah  sangat kurang, paling hanya berapa bulan sekali atau bahkan  berapa tahun sekali. Itupun sosialisasi hanya memberikan nasihat-nasihat petuah-petuah tidak memberikan solusi strategis pada penyelesaian permasalahan.

Sementara itu muslimat NU Trenggalek  aktif mengadakan kegiatan pelatihan keterampilan, paling tidak untuk perempuan-perempuan muda yang bisa untuk menambah peningkatan ekonomi keluarga. Baik itu kegiatan UKM maupun UMKM. Mulai pelatihan keterampilan menjahit, rias pengantin,  potong rambut maupun kegiatan kuliner berupa  pengolahan bahan menjadi  kue dan lain sebagainya .

“Alhamdulillah Muslimat Fathayat Aisyah Nasiyatul Aisyiyah ini juga kerjasama dengan dinas kooperasi, dinas sosial juga dinas tenaga kerja yang nantinya  bisa berhasil  mengurangi kebuntuan persoalan ekonomi. Pelatihan untuk pemuda pemudi ini diharapkan mereka bisa mandiri secara ekonomi  sehingga   tidak menjadikan perkawinan dini sebagai cara untuk lepas dari jerat kemiskinan. “jelas perempuan yang juga menjabat Sekretaris PC Muslimat NU Trenggalek ini.

Menurut anggota DPRD Jatim yang sebelumnya juga duduk sebagai anggota DPRD Kabupaten Trenggalek ini organisasi Muslimat  juga  akan memberikan reward di salah satu desa di  Kabupaten Trenggalek kepada ranting kalau berhasil  mencapai prosentase  0% perkawinan anak . Paling tidak penghargaan  piagam  atau  hadiah untuk memberikan motivasi dan  semangat .

“Tapi sampai  sekarang kami tantang belum ada yang berani . Setelah kami cek di pengadilan agama, kebetulan kami bekerjasama dengan pengadilan agama, ternyata masih ada. Jadi  pengajuan penikahan usia anak itu kan harus ada dispensasi dari pengadilan.  Nah kami cek ada, berarti beluum bisa mencapai 0% Jadi angka perkawinan dini kan tidak semata-mata karena putus sekolah, ada yang karena pergaulan bebas dan faktor lainnya. ” imbuh Pembina LP Maarif Kabupaten Trenggalek ini.

Makanya  pihaknya juga bekerjasama  dengan  PN agar  jeli memonitor status anak yang lahir pranikah. Walinya harus jelas  dan hati hati silsilah nasab anak tersebut.   Harus ada kepedulian dari tokoh masyarakat yang ada di sekitar.  Penguatan keluarga itu utama,  yang kedua meningkatkan perekonomian, yang ketiga memang pergaulan bebas ini sudah ada karena bukan zamannya anak dikekang. Tapi harus diteliti dengan siapa ia bergaul,  perkuat norma agama dan norma serta etika pergaulan terutama dengan lawan jenis. (nona)

Related posts

Tutup Reses di 8 Titik Lokasi dengan Kegiatan Menyantuni Anak Yatim Piatu

neodemokrasi

DPD Golkar Jatim Gelar Penyerahan Grand Prize, Grand Champion dan 105 Hadiah Tropi dan Uang Tunai

neodemokrasi

Fitur Pintar New Peugeot 5008 Allure saat Hujan

Rizki