Surabaya, NEODEMOKRASI.COM – Pemanfaatan resi gudang di Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Data dari PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) yang berperan sebagai pusat registrasi resi gudang menunjukkan, di awal tahun 2022 sampai bulan Februari, tercatat 83 resi gudang (RG) yang diregistrasi dengan volume barang mencapai 2.067 ton dengan nilai pembiayaan sebesar Rp. 185,7 miliar.
Sementara itu, di tahun 2021 jumlah resi gudang yang diregistrasi mencapai 633 RG, dalam volume 13.968 ton dengan nilai pembiayaan sebesar Rp 277 miliar. Pencapaian di tahun 2021 tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2020, dimana jumlah resi gudang yang diregistrasi mencapai 427 RG dalam volume 9.590 ton dengan nilai pembiayaan mencapai Rp 93,8 miliar.
Pemanfaatan resi gudang yang terus mengalami pertumbuhan ini tentunya memberikan peluang bisnis baru bagi kalangan usaha, yaitu dengan membangun gudang Sistem Resi Gudang (SRG). Indonesia memiliki kekayaan berupa komoditas yang besar dan tersebar di berbagai wilayah.
“Ini tentunya akan membutuhkan gudang-gudang untuk menjadi gudang SRG. Para pebisnis atau kalangan usaha tentunya dapat membangun gudang SRG di berbagai daerah untuk menangkap potensi besar ini,” ungkap Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia Fajar Wibhiyadi melalui keterangan tertulisnya kepada media, Kamis (17/3).
Sampai dengan saat ini, jumlah gudang SRG yang aktif sebanyak 233 gudang. Gudang SRG yang ada tersebut tersebar di beberapa provinsi. Seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bali, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Aceh, Maluku serta Bangka Belitung.
Terkait gudang SRG, Kepala Biro Pembinaan dan Pengawasan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas Bappebti Widiastuti berharap ke depan gudang-gudang SRG bisa menjangkau semua wilayah di Indonesia. Untuk itu, Bappebti terus melakukan komunikasi dengan para pemangku kepentingan dalam upaya untuk meningkatkan jumlah gudang SRG ini.
Selain upaya untuk meningkatkan jumlah gudang SRG, melalui gudang -gudang swasta untuk menjadi gudang SRG, sehingga pemanfaatan peran dan manfaat SRG dapat dirasakan masyarakat dan pelaku usaha. Bappebti juga terus melakukan pengawasan terhadap gudang-gudang SRG yang ada, sehingga dapat menjadi tempat penyimpanan komoditas secara aman, serta memenuhi standar mutu yang ada,” jelasnya.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan No. 14 Tahun 2021 yang merupakan perubahan Peraturan Menteri Perdagangan No. 33 Tahun 2020 tentang Barang dan Persyaratan Barang yang Dapat Disimpan dalam Sistem Resi Gudang, komoditas yang dapat masuk ke SRG meliputi beras, gabah, jagung, kopi, kakao, karet, garam, lada, pala, ikan, bawang merah, rotan, teh, rumput laut, gambir, timah, gula kristal putih, kedelai serta ayam karkas beku.
Fajar Wibhiyadi menambahkan, sebagai pusat registrasi, pihaknya akan terus meningkatkan layanan kepada masyarakat. Khususnya kepada para petani, pemilik komoditas, serta pengelola gudang terkait registrasi resi gudang.
“Saat ini, kami telah menyiapkan aplikasi registrasi resi gudang, yaity IS-Ware NextGen. Dengan aplikasi yang berbasis teknologi blockchain dan smart contract ini, akan memberikan kemudahan dan keamanan bagi pemilik komoditas untuk melakukan registrasi,” jelas Fajar Wibhiyadi.
Selain itu, KBI bersama dengan pemangku kepentingan lain juga terus melakukan edukasi dan sosialiasai terkait manfaat resi gudang ini kepada masyarakat.(dan)