Surabaya. NEODEMOKRASI. COM. Konsep deep learning yang diwacanakan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, merespons soal kabar mengenai penggantian Kurikulum Merdeka ke Kurikulum Deep Learning. Dia menyebut, deep learning bukan sebuah kurikulum, melainkan sebuah pendekatan. Pendekatan belajar yang akan membawa siswa pada pendalaman suatu ilmu, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
” Sebenarnya kurikulum itu sama saja. Yang penting adalah pengajarannya. gurunya dalam rangka melaksanakan proses belajar-mengajar. Sebenarnya kurikulum Merdeka itu bagus memberikan kesempatan kepada guru dan siswa untuk mengembangkan karirnya. Tapi kita tanya kekurangannya guru terlalu diliputkan dengan persoalan-persoalan yang strategis. ujar DR Rasiyo, politisi Demokrat yang juga mantan Kepala Dinas Pe didikan Jatim.
Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa sebenarnya apapun kurikulumnya tergantung kitanya. Hanya memang memberikan kesempatan, jadi lembaga dianggap sama. Katakan kalau anak punya keterampilan, olahraga, sepak bola, harus menyediakan lapangan sepak bola. olahraga renang . Jadi sarana-prasarana yang harus diperluas. Ya, memang belum cukup memadai kalau sekolah dianggap sama rata seperti itu.
Sebenarnya bagus konsertasinya tuh. Tapi beban sekolah dan pemerintah untuk menambah fasilitas-fasilitas untuk mendukung sesuai skil yang dimiliki para siswa.
” Menyenggarakan kebijakan itu harus dicermati dulu, apa yang akan dituju. Kalau mengembangkan skill anak, skillnya itu dioptimalisasi. Kalau enggak ada, ya percuma aja. Ini kan anak punya bakat seni. Di sekolah seni musiknya tidak ada. belajar di luar ya, harus bayar lagi. . Kayak keterampilan melukis, itu juga tidak gampang, tapi tetap harus disediakan.
Anggota Komisi E DPRD Jatim ini juga mengatakan bahwa konsep deep learning masih sebatas wacana. . Masih masa transisi dan belum dilakukan juga.
“Yang saya cermati menanamkan konsep matematika pada anak, konsep pembelajarannya sambil bermain. Ada berbagai macam metode. Jadi tidak langsung 1,1,2. Misalkan, coba anak-anak kumpulkan mereka bola satu buah, yang sana satu buah. Coba kamu jumlah. Itu sudah matematika sebenarnya. Secara sederhana. tetapi konsep itu dengan bermain’, jelasnya.
“Wacana yang menguat masih dilihat , nanti kalau mendukung dan Pro Kontra kita juga belum tahu deep learninh itu apa yang dimaksud itu saya tidak ngerti juga. Belum ada, kan belum dipraktekkan. Masih wacana dan konsep. Terus disuarakan . ” tambahnya.
Menurutnya, Ujian Nasional yang kembali diadakan seperti waktu beliau menjadi kepala dinas. Dari duduk bersama antara pemerintah provinsi dan kota. Menghitung bersama jumlah lembaga, jumlah lulusan. SD, SMP, SD yang ke SMP, SMP yang ke SMA ini jadi masalah. SMP, Negeri Swasta, jumlah muridnya berapa. Terus SMA Negeri jumlahnya berapa? Mengingat ada beberapa daerah yang tidak ada sekolah negerinya. (nora)