Mendengar kata “inflasi” membuat banyak orang memikirkan finansialnya. Kenapa bisa begitu?, kita ketahui bahwa inflasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga tersebut membuat kita untuk memutar strategi supaya financial kita aman. Dalam kategori tertentu, inflasi masih bisa dianggap wajar dan memberikan dampak positif pada perekonomian. Namun jika sudah mencapai tingkatan tertentu, inflasi justru akan membuat perekonomian menjadi buruk.
Adapun dampak negatif dari inflasi yaitu harga barang-barang dan jasa naik, nilai dan kepercayaan terhadap uang turun atau berkurang, menyebabkan efek spekulasi yaitu menimbun barang dan membeli valuta asing, banyak proyek pembangunan macet atau terlantar, kesadaran masyarakat untuk menabung berkurang, dan dampak paling buruk akibat dari inflasi yaitu terjadinya PHK dimana-mana. Adanya inflasi membuat bahan baku menjadi mahal, para pengusaha akan memutar strategi supaya keberlangsungan perusahaan masih berlanjut. Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh perusahaan yaitu memotong biaya produksi.
Awal 2020 kita sudah diuji dengan pandemi COVID-19, setelah pandemi mereda maka saat ini banyak negara yang menghadapi masalah perekonomiannya masing-masing. Saat masa recovery perekonomiannya, saat ini negara diuji dengan inflasi barang komoditas. Hal tersebut dipicu oleh invasi Rusia terhadap Ukraina pada bulan Februari 2022. Semenjak invasi tersebut, rantai pasok minyak bumi maupun gas bumi tersendat. Rusia merupakan salah satu negara yang memproduksi minyak dan gas dalam nominal yang besar di dunia. Cadangan minyak di negara tersebut sekitar 107,8 miliar barel. Semenjak peristiwa invasi tersebut, negara-negara Eropa dan Amerika memboikot hasil bumi dari Rusia. Akibatnya, harga minyak maupun gas bumi meroket. Dampaknya terasa ke seluruh penjuru dunia. Akibat kenaikan tersebut maka terjadilah inflasi secara global dan diperparah lagi dengan kondisi perekonomian Amerika Serikat akhir-akhir ini.
Inflasi di Amerika Serikat pada bulan Juli 2022 yaitu 8,5%. Angka inflasi bulan Juli tersebut lebih rendah dari bulan Juni 2022 yang mencapai 9,1%. Inflasi yang terjadi pada tahun 2022 ini merupakan inflasi yang tertinggi dari Amerika Serikat semenjak 40 tahun terakhir. Apakah ada dampaknya inflasi tersebut terhadap negara lainnya?, pastinya inflasi dari Amerika Serikat akan berdampak secara global. Strategi yang dikeluarkan Amerika Serikat untuk meredakan inflasi tersebut yaitu dengan menaikan suku bunga. Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis points (bps) ke kisaran 2,25%-2,5% pada akhir Juli 2022. Kenaikan suku bunga acuan ini terjadi untuk keempat kalinya sejak awal tahun 2022. Jika diakumulasikan, kenaikan suku bunga The Fed telah mencapai 225 bps selama periode Januari-Juli 2022. Dengan naiknya suku bunga tersebut, banyak investor yang menarik investasinya di luar Amerika Serikat dan dana investor tersebut masuk ke Amerika Serikat.
Tidak hanya Amerika Serikat saja yang mengalami inflasi barang-barang komoditas, Turki merupakan salah satu negara yang menghadapi masalah inflasi. Inflasi di Turki pada Juli 2022 hampir menyentuh angka 80%. Angka inflasi tersebut merupakan angka tertinggi semenjak 24 tahun lalu. Berbeda dengan Amerika Serikat yang gencar-gencarnya menaikan suku bunga acuan, bank sentral turki justru tidak menaikan tingkat suku bunga acuannya. Memang setiap negara mempunyai strategi yang berbeda-beda dalam menghadapi inflasi tersebut. Tapi kita amati saja, bagaimana kelanjutan inflasi di Turki tanpa adanya tindakan menaikan suku bunga acuan.
Bagaimana inflasi di Indonesia?, mengacu Berita Resmi Statistik (BRS), inflasi bulan Juli 2022 terhadap Juni 2021 yaitu sebesar 4,94%. Apabila dibandingkan dengan bulan Januari 3,85%. Inflasi yang dihadapi Indonesia masih dikategorikan inflasi ringan. Akan tetapi pemerintah harus tetap waspada terhadap inflasi yang akan dihadapi ke depannya. Pada awal September 2022 kemarin, ada isu akan ada kenaikan bahan bakar minyak. Isu tersebut direspon oleh masyarakat dengan berbondong-bondong ke SPBU untuk mengantri membeli bahan bakar minyak. Respon dari masyarkat tersebut menunjukan betapa menakutkannya apabila harga bahan bakar minyak naik.
Kita ketahui harga bahan bakar minyak saat ini masih ada subsidi dari pemerintah. Apabila APBN negara ini tidak kuat lagi untuk mensubsidi tersebut apa yang akan terjadi?, yang pasti harga bahan bakar minyak akan mengikuti harga pasaran. Apabila hal tersebut terjadi, coba anda bayangkan, apa saja yang akan mengalami kenaikan?, hampir semua akan terkena imbas dari kenaikan harga bahan bakar minyak tersebut. Tugas kita sebagai masyarakat adalah bijak dalam penggunaan bahan bakar minyak supaya APBN tidak terserap banyak untuk mensubsidinya dan tugas pemerintah adalah menjaga stabilitas perekonomian supaya perekonomian negara tetap tumbuh.*