Surabaya, NEODEMOKRASI.COM – Banyaknya bencana yang terjadi di Indonesia menjadi perhatian semua pihak. Bahkan, tak hanya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) saja yang harus menanganinya. Butuh kerja sama dan kolaborasi dengan berbagai pihak. Salah satunya adalah dengan menggandeng relawan kebencanaan.
Hal inilah yang membuat BPBD Jawa Timur dan Siap Siaga menggelar Lokakarya Penyusunan Peta Jalan Pengelolaan Relawan Penanggulangan Bencana Jawa Timur. Acara ini diadakan Movenpick Hotel, Surabaya, Rabu (11/12). Sekitar 50 relawan dari Sekber Relawan Penanggulangan Bencana (SRPB) Jawa Timur dan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Jawa Timur hadir dalam kegiatan ini.
Plt Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jawa Timur Dadang Iqwandy mengatakan, banyak masalah yang dihadapi oleh BPBD Jawa Timur dalam penanggulangan bencana. Hal ini tidak bisa ditangani oleh instansi ini saja. Butuh kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk relawan.
“Sejak tahun 2023-2024 muncul berbagai regulasi. Dari turunan-turunan aturan tadi banyak yang mengarah ke BPBD. Rasa-rasanya kok berat kalau digarap sendiri. Misalnya program Desa Tangguh Bencana yang hanya 70 desa yang ditangani dalam setahun. Sedangkan program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) yang selama ini dilakukan SRPB hanya 20 desa setahun,” ungkap Dadang Iqwandy.
Dengan adanya pekerjaan-pekerjaan rumah (PR) ini, lanjut Dadang Iqwandy, memang cukup berat kalau dihandel BPBD Jawa Timur sendiri. Apalagi tahun depan BPBD Jawa Timur memulai pembinaan kepada pondok-pondok pesantren (ponpes) se-Jawa Timur. Jumlah ponpes di Jawa Timur sendiri sekitar 6.600. Belum lagi dengan jumlah kelompok disabilitas hampir 16 ribu orang. Kemudian, Satuan Karya Penanggulangan Bencana (Saka PB) dari Pramuka juga baru dibentuk.
“Dengan PR-PR ini kami berharap seluruh komponen Pentaheliks merasakan. PR-PR ini akan menjadi tanggung jawab yang harus diselesaikan bersama. Apalagi, persoalan-persoalan kebencanaan di daerah tidak bisa diselesaikan oleh daerah itu sendiri. Butuh bantuan dan kolaborasi dengan berbagai pihak,” jelas Dadang Iqwandy.
Dalam pertemuan ini, Koordinator SRPB Jawa Timur Rachmad Subekti Kimiawan memberikan materi tentang Penyusunan Peta Jalan Pengelolaan Relawan. “Manfaat peta jalan adalah meningkatkan komunikasi dan kolaborasi, memperjelas tujuan dan arah, optimalisasi sumber daya, dan meningkatkan fleksibilitas dan adaptasi,” kata Wawan, panggilan akrabnya, dalam paparan.
Sedangkan Sekjen FPRB Jawa Timur Sudarmanto sebagai narasumber kedua memberikan materi Peran Relawan dalam Penanggulangan Bencana. “Kita sebagai relawan jangan pernah bosan untuk belajar, belajar, belajar. Jangan pernah menganggap dirinya sudah mampu,” tegasnya.
Menurut Mbah Darmo, panggilan sehari-harinya, relawan penanggulangan bencana secara sukarela memberikan bantuan dan dukungan dalam menghadapi bencana. “Mereka berperan penting dalam membantu masyarakat yang terkena dampak dengan semangat dan solidaritas,” tambahnya.
Namun motivasi relawan beragam. Dari kepedulian terhadap sesama hingga keinginan untuk belajar dan berkontribusi. Mereka terdorong oleh nilai-nilai kemanusiaan dan rasa tanggung jawab. Dalam pertemuan ini juga diadakan diskusi kelompok dalam rangka penyusunan peta jalan pengelolaan relawan penanggulangan bencana Jawa Timur.(dan)