Neo-Demokrasi
Ekbis Opini Politik Pemerintahan

Menilik Potensi Ekonomi Jasa Open Trip

Prawita Yani, SE, M.Ak, Dosen Tetap Stiesia Surabaya

Rutinitas pekerjaan di perkotaan banyak menyita waktu dan cenderung menjadi sumber stres baru. Salah satu cara untuk mengatasi hal itu adalah dengan mengambil beberapa hari eda untuk liburan. Namun, gambaran ideal suatu liburan bagi para kaum urban terutama pekerja, adalah yang tidak membutuhkan usaha ekstra dari mereka sendiri untuk mengurus akomodasi selama bepergian. Oleh karena itu, kebutuhan akan bantuan biro jasa yang khusus menangani hal tersebut mutlak diperlukan.

Salah satu yang muncul belakangan ini adalah jasa open trip. Open trip didefinisikan sebagai suatu wisata gabungan untuk berlibur bersama ke suatu tempat dengan rencana perjalanan yang sudah tersusun rapi dari operator perjalanan. Jasa open trip berbeda dari biro jasa travel pada umumnya. Jika biro jasa travel menawarkan kenyamanan, maka yang dijual dari jasa open trip ini adalah kemurahan dan komunitasnya. Yah komunitas. Jika di biro jasa travel konvensional, selepas acara tur yang diadakan, para peserta akan kembali ke rumah masing-masing dengan ikatan yang relatif tidak terlalu mendalam dengan sesama peserta tur yang lain. Namun, di open trip, tidak tertutup kemungkinan, akan muncul suatu pertemuan rutin antar sesama peserta di waktu mendatang. Bahkan muncul ide untuk mengadakan open trip dengan tujuan berbeda tetapi dengan peserta yang relatif sama.

Perkembangan dunia internet yang relatif menonjolkan petualangan akan kehidupan bebas dan pergaulan yang luas semakin membuka peluang jasa open trip. Seperti dunia internet yang didominasi oleh anak muda, penggemar open trip juga sebagian besar terdiri anak milenial. Hal ini tampak dari sebuah survey kecil yang dilakukan dari 30 responden anak muda. Yang memilih opsi bepergian dengan jasa open trip sebanyak 70%, sisanya memilih menggunakan biro jasa travel konvensional. Berbagai alasan dikemukakan oleh mereka. Sebagian besar memilih alasan kepraktisan dan faktor ekonomis. Alasan menambah teman menjadi urutan berikutnya. Bahkan ada yang menjadikannya sebagai ajang untuk bertemu jodoh. Semua alasan tersebut cukup beralasan. Kepraktisan dan minimnya biaya adalah dua indikator yang saling terkait. Mekanisme open trip adalah dengan menawarkan rute dan seat tertentu dan untuk waktu yang terbatas. Dengan peserta yang sudah ditetapkan, kalkulasi biaya bisa dilakukan dengan cukup masuk akal. Semisal, jika ingin melakukan perjalanan keliling Banyuwangi dengan menggunakan mobil sewaan. Biro jasa travel konvensional akan menggunakan armada yang senyaman mungkin dan tidak dipengaruhi oleh terpenuhi atau tidaknya kapasitas maksimum. Namun tidak demikian dengan jasa open trip. Armada yang digunakan disesuaikan dengan seat yang akan berangkat.

Dengan begitu biaya bisa ditekan seminim mungkin dengan melihat perbandingan pendapatan dan pengeluaran.
Mekanisme open trip yang menawarkan jasanya di platform media sosial juga menjadi salah satu alasan boomingnya jasa ini. Sebagian besar komposisi waktu kaum milenial dihabiskan di platform media sosial. Perpindahan layar yang cepat di layar telepon genggam menjadi hal yang menarik karena sejalan dengan kecepatan pikiran generasi setelah Gen-X ini. Biasanya, open trip akan membuka jasanya pada waktu-waktu tertentu. Waktu menjadi berperan penting karena menjadi faktor penentu biaya yang bisa ditekan. Semisal, jika menginginkan biaya yang relatif murah, paket liburan di saat musim hujan menjadi pilihan yang menarik. Tentunya wisata yang dilakukan tidak terlalu ekstrem karena pertimbangan cuaca. Paket yang ditawarkan sebagian tidak jauh-jauh dari wisata kota atau wisata bukit dan lembah dengan daya tarik atraksi keluarga. Untuk jasa open trip yang sudah mempunyai nama dan dikenal banyak orang, banyak rute akan dibuka pada saat yang bersamaan. Sehingga calon konsumen milenial ini mempunyai banyak pilihan yang nantinya akan disesuaikan dengan kantong mereka. Kisaran harga yang ditawarkan cukup terjangkau yaitu di angka Rp 75,000 sampai dengan yang termahal Rp 4,500,000 per orang. Angka jutaan biasanya hanya berlaku untuk kawasan Indonesia Timur.

Dengan melihat perkembangan yang cukup pesat ini, maka potensi ekonomi yang timbul tidak bisa diabaikan. Seperti yang terlihat di akun @Tukang_Jalan di platform twitter. Dengan taglinenya “Pulau 1000 only 75K”, angka follower yang semula hanya kisaran ratusan di tahun 2013 menjadi ratusan ribu empat tahun kemudian. Angka follower yang meningkat drastis merupakan potensi ekonomi yang bisa diraih. Itu berarti ada ratusan ribu calon konsumen yang akan bisa melihat dan menikmati atraksi wisata di daerah administratif Kepulauan Seribu. Dan ini berarti pemasukan yang akan mendongkrak angka pendapatan pariwisata pemerintah administratif Kepulauan Seribu. Pemerintah jelas tidak bisa tinggal diam melihat angka ini. Kejelian pemerintah dalam menangkap peluang harus diasah. Program kerjasama dengan jasa open trip bisa dilakukan. Pembukaan rute-rute baru yang menawarkan beberapa alternatif atraksi wisata lainnya bisa mengandalkan pengetahuan penduduk lokal. Hal ini secara tidak langsung bisa menjadi sarana pemberdayaan warga.

Pemerintah dan waga lokal mempunyai sumberdayanya, jasa open trip punya pangsa pasarnya.
Di rute Pulau Komodo salah satunya memperlihatkan kerjasama yang erat dengan pemerintah daerahnya. Rute dengan harga Rp 4,500,000 per orang selama 6 hari itu, mengajak para peserta open trip untuk menjelajah Pulau Komodo dengan kapal lalu singgah ke salah satu Desa Adat. Perjalanan dengan kapal sengaja ditemukan waktunya dengan program pemerintah tahunan yaitu Sailing Komodo. Selain itu, dengan mengajak para peserta menginap ke Desa Adat, potensi kain tenun desa tersebut akan bisa terpasarkan.

Dokumentasi juga menjadi salah satu faktor yang mendongkrak jasa open trip. Dengan didukung gambaran tempat wisata yang menggiurkan disertai caption yang menggugah hasrat untuk berkunjung, membuat para follower tidak ragu untuk menyisihkan sebagian dana yang mereka punyai untuk salah satu rute open trip. Banyak para peserta open trip memajang foto- foto indah mereka di tempat wisata yang didatangi. Proses dokumentasi ini juga membuka peluang baru bagi usaha fotografi. Sekarang ini banyak open trip yang menggandeng beberapa fotografi lokal dan menawarkan paket wisata sekaligus dokumentasi ala selebritis instagram atau yang biasa disebut selebgram. Selebgram ini adalah kiblat bagi kaum milenial dalam platform media sosial instagram. Foto candid dengan latar belakang menarik dan dipotret oleh fotografer profesional merupakan hal yang ditawarkan paket ini. Dengan harga yang bervariasi dan dimulai dari angka Rp 2 juta, calon konsumen sudah bisa mendapat paket wisata, akomodasi, tiket beserta dokumentasi sekian puluh jepretan. Tampilan ala selebgram dalam akun instagram pun dengan mudah bisa didapatkan. Alternatif destinasi tempat wisata juga semakin luas dan tidak terbatas hanya di Indonesia saja. Paket wisata dan dokumentasi ke Islandia dengan atraksi aurora borealis menjadi populer setelah salah seorang selebgram mengunggah fotonya dengan latar belakang semburat cahaya indah tersebut di akunnya. Sumba dengan Bukit Warindingnya menjadi rute yang cukup diminati ketika salah seorang influencer dan juga selebgram mengadakan sesi pemotretan pre-maternity nya disana. Bahkan paket dokumentasi sekarang tidak terbatas hanya untuk sekedar jalan-jalan semata. Sesi pre-wedding dan pre-maternity bisa juga dilakukan dengan paket ini.

Kecenderungan untuk mengiblat beberapa sosok tertentu dilihat sebagai peluang oleh jasa open trip. Mitra dengan beberapa influencer diterjemahkan dengan paket open trip bersama influencer-influencer tersebut. Seperti paket ke Nepal bersama Ramon Y. Tungka dan paket menyelam di Raja Ampat bersama Marischka Prudence. Pengalaman menjelajah daerah eksotis bersama selebritis idaman menjadi paket yang menarik. Apalagi ditunjang dengan dokumentasi yang memadai. Biaya juga bisa diminimalisasi dengan menggandeng fotografer lokal. Apalagi dengan kemudahan foto digital, file foto bisa dikirim secara elektronik tanpa fotografer dan jasa open trip bertatap muka secara langsung. Jasa open trip tidak perlu mengeluarkan tiket untuk fotografer dan harga yang murah dengan fasilitas sekelas selebgram bisa didapat oleh konsumen.

Jika kesemua potensi ini tidak bisa ditangkap oleh pihak- pihak yang berkepentingan, maka manfaat untuk warga lokal tempat wisata juga tidak bisaa dimaksimalkan. Penduduk yang bertempat tinggal di sekitar tempat wisata hanya bisa menjadi penonton sementara banyak pihak menikmati keindahan sumber daya alam yang dipunyai. Peran pemerintah dan pihak swasta diperlukan disini. Kerjasama yang erat antara pemerintah dan jasa open trip harus semakin gencar dilakukan. Di jaman informasi yang serba cepat ini, bentuk formil dan kecenderungan struktural dari sebuah bentuk kerjasama perlu dihindari. Generasi yang menjadi pangsa pasar jasa open trip ini adalah generasi milenial yang mempunyai kecepatan berpikir dan beradaptasi yang lebih dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu, jika ada keterlambatan sedikit di isu struktural atau adanya dokumen yang tidak bisa ditandatangani oleh pejabat tertentu karena yang bersangkutan sedang ke luar kota, hal ini akan menjadi potential-loss. Kesemuanya dikembalikan lagi ke peran pemerintah yang bertujuan sebagai regulator yang menjamin kesejahteraan warga negaranya seperti yang diatur dalam Undang-undang. Jika pemerintah lokal berkomitmen untuk menyejahterakan warganya, maka halangan struktural atau kekakuan dalam proses otorisasi perlu dirombak. Pemerintah pusat juga perlu turun tangan untuk menyiapkan peraturan sebagai payung hukum agar langkah pemerintah daerah tidak bisa dipermasalahkan. Komitmen bersama pemerintah baik pusat maupun daerah dan pihak swasta yaitu pelaku usaha jasa open trip akan berperan besar dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal selaku pemilik yang sebenarnya dari daerah wisata tersebut.

Related posts

Bank Jatim Raih Top 50 Emiten Terbaik

neodemokrasi

Hangry Kenalkan Empat Brand ke Surabaya

Rizki

F – NasDem Tegaskan Komitmen Kawal Pembangunan Jatim di Periode Kedua Khofifah-Emil

neodemokrasi