Surabaya.NEODEMOKRASI.COM.. Seiring progres positif status level PPKM di 38 kota kabupaten di Jatim, dan Jatim berhasil meraih capaian vaksinasi peringkat 1 nasional. Aturan pembatasan pergerakan masyarakatpun sudah mulai longgar. Untuk itu, , sudah waktunya masyarakat mulai berbenah, beraktiftas normal kembali meskipun tetap harus menerapkan prokes dan gerakan 5M plus 3M. Karena sejatinya, pandemi covid-19 belum benar benar usai. Kuncinya bagaimana bisa tetap produktif namun hidup berdamai dengan virus covid-19 . Jadi tetap aktif namun terapkan kehati-hatian ekstra agar tidak terpapar.
Imbas pandemi yang memicu krisis di segala aspek secepatnya harus bisa segera diperbaiki. Kembali fokus kepada program program percepatan pembangunan, utamanya pembangunan ekonomi di wilayah masing masing. Karena pandemi menyisakan krisis ekonomi yang berdampak pada keterpurukan massal masyarakat kita. Atas dasar inilah Hj Lilik Hendarwati tak henti hentinya menghimbau pentingnya setiap orang memiliki kemandirian secara ekonomi. Menjadi produktif meskipun dimulai dari usaha kecil dengan penghasilan minim . Bagi politisi perempuan PKS ini, proses itu penting, jangan terburu buru dengan usaha yang besar tetapi keropos karena akarnya yang belum cukup kuat.
“ Capaian vaksinasi Jatim yang tertinggi nasional tentu harus membuat kita banyak bersyukur. Karena ini sangat menggembirakan kita semua. Dan sudah tidak adanya level 4 dan 3 di Jatm, juga bebas dari status daerah dengan capaian vaksinasi terendah. Artinya target herd immunity bisa terealisasi lebih awal dari target yang dipatok pemerintah melalui Menkes. Untuk itu harus tetap terapkan pola hidup new normal. Tentu kita berharap Jatim yang lebih baik dan capaian di segala aspek yang semakin membaik ke depannya. “ ujar Hj Lilik Hendarwat, anggota Komisi C, DPRD Jatim.
Jebolan FMIPA ITS ini juga sangat optimis melihat banyaknya daerah di Jatim yang mulai berinisiatif membuka akses area objek wisata. Tentu saja gelliat pariwisata ini sedikit banyak akan mampu mendongkrak peningkatan ekonomi masyarakatnya, ujung ujungnya meningkatan PAD. Ini juga peluang strategis bagi para pelaku industri kecil dan UKM maupun akses perniagaan masyarakat yang mengantungkan hidupnya di area objek wisata.
” Kita sudah melewati masa masa keterpurukan ekonomi 1,5 tahun lamanya akibat pandemi dan kebijakan PPKM. Ini bukan waktu yang singkat, kita kehilangan dan tertinggal banyak hal. Untuk memperbaiki kondisi seperti semula tentunya butuh effort , support dan spirit tinggi. Untuk itu, saya berharap pemerintah utamanya dinas koperasi dan UKM tetap hadir memberikan pendampingan baik terkait pelatihan pelatihan peningkatan mutu dan kualitas produk baik rasa, harga, packaging, sampai marketing. Juga solusi akses permodalan sampai akses legalitas produk.” Imbuh ibu 6 anak ini..
Masyarakat umum utamanya penggiat UKM dan UMKM bisa memanfaatkan bantuan pinjaman Dana Bergulir untuk Pembiayaan Usaha Mikro dan Kecil dari BPR atau kredit usaha kecil dari Bank Jatim, sebagai solusi pembiayaan /permodalan.
“ Konsep bagaimana mengembangkan area objek wisata sambil senantiasa berinovasi tiada henti guna meningkatkan produktifitas produk asli daerah yang menjadi kekayaan lokal daerah. Sehingga, mampu menjaring wisatawan maksimal setiap harinya. Kekhasan ini harus terus dijaga, ditumbuh kembangkan secara konsisten, menjadi produk berdaya saing terutama untuk produk produk lokal yang dijual di daerah wisata. Baik dalam bentuk pernik pernik souvenir, ataupun produk makanan khas. Intinya, bagaimana produk berkembang baik dalam performa maupun variannya. Sehingga pembeli punya banyak alternatif pilihan yang bisa dibeli, inikan juga salah satu strategi marketing yang efektif” jelas politisi perempuan PKS yang berlatar belakang pengusaha ini.
Ia juga meyayangkan potensi kota wisata Magetan yang didukung SDM mumpuni namun sejauh ini belum tergarap maksimal, sehingga tidak mampu mendongkrak PAD. Idealnya, Magetan harus mampu merombak menjadi kota destinasi wisata melebihi kota Batu, Malang, Jatim. Tentu peran Bumdes harus mampu difungsikan untuk menopang kreatifitas desa dalam pengembangan objek pariwisatanya. Karena di Jatim ada beberapa wilayah yang potensial bisa dijadikan area wisata namun tidak dikembangkan secara maksimal.
“ Nah bagaimana para kepala daerah dan seluruh forkopinda masing masing daerah bisa saling bekerja sama memperioritaskan terwujutnya pembangunan area objek wisata di daerah masing masing, juga pengembangan produk lokalnya untuk menunjang keberadaaan area objek wisata tersebut. Bagaiman inovasi daerah itu nantinya bisa menciptakan iklim wisata sendiri, yang unik, etnis dan beda dengan area wisata daerah lain”
Terkait pengelolaan dan pengembangan objek wisata, Ia menyarakan sudah waktunya daerah melirik potensi SDM lokal, yakni para pemuda daerah untuk dilibatkan dalam program pengembangan daerah masing masing. Misalnya dengan menyerahkan sistem pengelolaan salah satu area wisata kepada karang taruna. Atau daerah menawarkan program kembali ke desa dengan kompensasi peluang pekerjaan sesuai skill,. Untuk sarjana pertanian misalnya, bisa menjadi petani di desa, sekaligus pemgelola tempat wisata, dan penghasilkan produk lokal. Artinya petani millenial yang mampu menyelaraskan dengan tehnologi digital yang kiprahnya mampu menghasilkan produk hasil budi daya tanaman unggulan. Dengan terobosan ini wanita berjilbab ini yakin karena sudah terfasilitasi di daerah sendiri, mereka tidak akan tergiur untuk bermigrasi mencari pekerjaan di kota.
Pemuda karang tanuna tidak sekedar direkrut, tapi juga ada proses up-grading skill dengan dibekali pelatihan digitalisasi. Bagamana ia mampu mengaplikasikan sistem marketing digital untuk wisata desanya sekaligus memviralkan produk andalan asli daerah . Ketiadaan lahan bisa disiasati dengan sistim pinjam pakai aset aset provinsi dengan sistem bagi hasil misalnya. Strategi ini mampu memberikan manfaat ganda, selain menyediakan lapangan kerja bagi anak daerah juga mendongkrak PAD.
Daerah harus punya tanggung jawab moral untuk mengfasilitasi putra daerah dengan pekerjaan dan pendapatan layak. Dengan strategi melibatkan putra daerah dalam setiap proses pengembangan desa/daerah, akan menurunkan angka pengangguran daerah. Problem permodalan bisa dari bank daerah atau kerjasama dengan swasta lokal.
“Kalau kita bisa menciptakan lapangan kerja baru di desa/daerah. Gak usah susah payah jauh jauh bermigrasi ke kota dan hanya menambah semakin besarnya beban kota karena tingkat populasinya yang terus bertambah tiap tahunnya. Terutama, fresh graduated harus bisa merubah mindset, bagaimana jadi bos. Jangan menunggu lowongan tapi bagaimana bisa membuka lowongan, menciptakan lapangan kerja bagi yang lain. Bagaimana daerah punya program stimulan untuk langsung menampung dan mengfasilitasi lulusan lulusan baru dengan program padat karya dll Agar sarjana sarjana lulusan kota itu langsung balik ke desa dan mengabdikan seluruh potensinya juga mengaplikasikan ilmunya untuk membangun desa. Tidak usah menunggu jadi pegawai. Pola pola pengembangan potensi SDM daerah seperti ini yang akan menekan munculnya pengangguran pengangguran terbuka yang terus bertambah setiap usai wisuda.” pungkas perempuan yang sehari harinya disibukkan dengan memberikan pelatihan UKM dan up grading skill pelaku UKM. Salah satunya, pelatihan ecoprint untuk produk produk basic andalan, seperti sovenir unggulan khas Surabaya plus pembuatan NIBnya sekalian.(nora)