Surabaya.NEODEMOKRASI.COM. Ancaman El Nino masih menjadi tantangan besar bagi upaya meningkatkan produksi pertanian maupun perkebunan karena berdampak signifikan terhadap persebaran berbagai penyakit dan hama, yang berakibat merusak tanaman dan mengurangi hasil panen, otomatis mengancam kesejahteraan petani. Dampak yang diakibatkan pada lahan pertanian dan perkebunan akan sangat besar bila tidak ditangani dengan serius. Selain itu, penyakit akan bermunculan, terutama pada kawasan yang terkena kekeringan ekstrim, dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan mengurangi hasil panen.
Dampak ancaman El Nino mulai dirasakan sejumlah daerah di Indonesia. Terutama di provinsi Jawa Timur yang mulai mengawali musim kering yang berkepanjangan dan hal ini otomatis mempengaruhi masa tanam di lahan persawahan yang ada Indonesia,.Menyikapi hal ini, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Ir Dydik Rudy Prasetya mengatakan di Jatim ada tiga kabupaten yakni , Kabupaten Bojonegoro, Lamongan, dan Trenggalek yang terdampak kekeringan lahan sawah akibat fenomena El Nino.
Menurutnya, fenomena El Nino pada tahun 2023 diperkirakan akan memberikan dampak signifikan terhadap sektor pertanian dan menjadi tantangan besar karena dapat mengganggu pola cuaca yang berdampak pada produksi pertanian dan kesejahteraan petani.
Ditambahkannya bahwa berdasarkan rilis terbaru dari BMKG, di wilayah Jawa Timur diperkirakan memasuki musim hujan pada bulan November. Puncak musim hujan diperkirakan pada Februari 2024. Imbauan kewaspadaan kekeringan meteorologis saat ini berdampak pada kekeringan hidrologis, pertanian, dan sosial. Diimbau kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk mewaspadai terjadinya kebakaran hutan/lahan/semak, berkurangnya air bersih, dan penurunan lahan tanam pertanian sampai awal musim hujan.
“Oleh karena itu, pemantauan dan pemahaman yang baik tentang El Nino sangat penting agar dapat mengambil langkah-langkah pencegahan dan penyesuaian yang tepat untuk mengurangi dampaknya. Beberapa langkah operasional untuk pengamanan produksi padi di Jawa Timur yang sedang kita laksanakan di musim kemarau ini, diantaranya dengan memaksimalkan capaian target luas tanam musim tanam Juli – September 2023 dan melakukan gerakan untuk percepatan tanam” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Ir Dydik Rudy Prasetya pada Neo Demokrasi, Rabu(20/9/2023)
Pihaknya juga melakukan upaya lain yakni, melakukan budidaya tanaman sesuai iklim dan kondisi setempat, antara lain pemilihan varietas benih tahan OPT dan toleran kekeringan. Juga mengoptimalkan dukungan sarana prasarana berupa pompa air yang telah tersedia antara lain perpompaan besar, perpompaan menengah, embung serta mendorong perpompaan melalui sumur submersible secara swadaya oleh petani. Mengintensifkan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara rutin dan online terhadap perkembangan luas serangan OPT dan dampak kekeringan dan melakukan pemantauan iklim dan cuaca melalui Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) dengan menggunakan informasi prediksi/prakiraan iklim/musim dari BMKG maupun instansi resmi lainnya;
“Khusus untuk wilayah Lamongan dan Ngawi saat ini juga dilakukan beberapa agenda untuk pengamanan produksi yaitu agenda Gerakan nasional Penanggulangan EL Nino untuk menambah luas tambah tanam di musim tanam Agustus – Oktober 2023 yang diharapkan mampu untuk menjadi penyangga pangan bagi masyarakat Jawa Timur.” tutupnya mengakhiri berbincangan..(nora)