Sidoarjo, NEODEMOKRASI.COM – Bisnis kuliner memang tidak sekadar soal rasa, namun juga suasana. Kedua hal itulah yang ditangkap Iwan Singgih Prasetyo (41), pemilik Segunung Omah & Kopi, Kavling DPR II, Desa Pagerwojo, Kecamatan Buduran.
Ia menawarkan menu jawa rumahan yang bisa disantap di omah joglo. Membuat pengunjung terasa terlempar puluhan tahun ke masa lalu. Menu Jawa yang ditawarkan di antaranya kotokan pe, lodeh lombok, tongkol sarden, botok telor asin serta gudeg. Sedangkan minuman jadul meliputi dawet segunung, kapiten, temulawak, beras kencur, kunir asem serta kunir asem.
“Yang saya tawarkan di sini adalah menu rumahan sehari-hari sekaligus bisa menghadirkan klangenan. Minuman kapiten misalnya. Minuman beruap ini dulu sering kita temui saat kita masih kecil,” tutur Iwan, Selasa (8/3).
Sedangkan gudeg, lanjut Iwan, tidak disajikan setiap hari karena memasaknya butuh waktu dua hari. Biasanya makanan khas Jogja ini disajikan setiap akhir pekan. “Menu-menu tersebut berawal dari istri saya yang gemar memasak. Jadi pas wis. Istri saya yang mengurusi masakan, saya yang mengurusi tempatnya,” kata dia.
Bapak tiga anak ini mengatakan, menu yang paling bayak dicari adalah kotokan pe, lodeh Lombok, dan gudeg Jogja. “Gudeg Jogjanya gudeg kering ya. Seperti gudeg Wijilan di kendil,” jelasnya.
Soal bangunan Segunung Omah Sego & Kopi yang berbentuk joglo, Iwan membelinya dari Gunung Kidul. Menurut penjualnya, rumah tersebut berangka tahun 1920-an. Iwan hanya merubah sedikit saja. Misalkan sentong tengah atau kamar tidur ia rubah menjadi dapur.
“Awalnya rumah Jawa ini saya jadikan tempat tinggal lebih dari setahun lalu. Bukan Jawa penuh sih, tapi saya campur dengan nuansa Bali sehingga ada tamannya. Namun saat melihat potensi yang ada, maka saya rubah menjadi usaha kuliner,” terangnya.
Begitu masuk bangunan joglo, pengunjung disambut sepasang patung Loro Blonyo. Di pojok kiri terdapat sebuah TV jadul. Kesan kuno tersirat dari kursi menjalin. “Ornamen-ormanen antik seperti meja marmer adalah warisan dari kakek saya dan kakek istri. Itu sangat tua lho. Ada mereknya VOC dan tembus cahaya. Ada juga gerobok yang usianya mungkin dua ratus tahun lebih,” ucapnya.
Karena keunikan bentuk bangunan dan ornamennya, Segunung Omah Sego & Kopi kerap dijadikan pasangan untuk prewedding. Selain itu juga seringkai dijadikan tempat pertemuan.
Nur Hidayah, salah satu pelanggan mengatakan, hampir setiap minggu sekali dia datang ke sini. “Selain menu Jawa rumahan seperti kotokan ikan pe dan lodeh lombok, saya sangat suka dengan soto ayamnya. Terasa gurih. Saya juga suka pisang raja goreng. Soal harga sangat bersahabat dan tempatnya sangat adem di hati,” pungkasnya. (dan)